Menyelaraskan Bias Belajar

 You never know what you can do until you try. (William Cobbett)

 


Intermezzo – Pandemi Covid-19 pada awal Tahun 2020 adalah turning point dimana setiap manusia di generasi ini kembali belajar dari sejarah. Iya, sejarah panjang yang telah diwariskan sejak nenek moyang kita pertama kali menginjakkan kakinya di bumi, hingga membentuk kita menjadi manusia modern seperti sekarang.


Manusia secara historis dipandang sebagai individu yang bersifat holistik dan adaptif yang dalam kehidupannya selalu berinteraksi dengan lingkungannya baik internal maupun eksternal. Bahkan kita sering disebut sebagai makhluk yang paling cepat beradaptasi, meskipun setiap dari kita memiliki cara dan respon yang berbeda-beda dalam beradaptasi.


Bicara perihal adaptasi, resiliensi manusia di masa pandemi telah membuktikan bahwa teori tersebut ternyata valid. Pandemi telah memaksa kita untuk terus belajar, bergerak, berubah, berkembang dan terus mencoba hal-hal baru.


Kita semua telah menyadari pentingnya upgrade diri. Pentingnya membangun fondasi yang kuat sebagai bekal untuk menghadapi tantangan hidup yang terus berubah. Hanya saja, akhir-akhir ini semakin sering saya lihat kebanyakan dari kita belum menyelaraskan apa yang telah kita pelajari.


Saya mengakui bahwa saya adalah salah satunya, pandemi memperluas kesempatan kita untuk belajar dari mana pun dan kapan pun. Mulai dari workshop, webinar ini dan itu, membaca banyak buku dan sebagainya. Iya, kemudahan-kemudahan ini membuat kita kecanduan dalam belajar. Dan itu adalah hal yang baik!


Namun, ternyata muncul masalah baru, saking asyiknya belajar, terkadang kita malah melupakan hal yang paling penting. Yaitu implementasi! Kita nggak punya waktu untuk merenungkan, apa manfaat sesuatu yang telah kita pelajari dalam kehidupan, apalagi mempraktikkannya, sayang banget dong uangnya?


Seringkali setelah mendapat inspirasi, kebanyakan dari kita nggak pernah follow up dengan action plan, kita hanya tenggelam dalam euforia sesaat, nggak bikin target dan kalaupun ada kita jarang serius. Iya apa iya?


Setelah menyadari kesalahan yang telah saya lakukan, saya mulai melakukan refleksi diri dan membentuk pola pikir baru agar dapat berubah. Saya menyadari bahwa belajar tidak hanya berhenti pada pengetahuan saja, melainkan juga harus dilakukan dengan memberikan waktu dan memanfaatkan kesempatan sebanyak-banyaknya untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.


Proses perubahan merupakan suatu hal yang perlu dijadikan kebiasaan, dan untuk itu dibutuhkan waktu. Saya mengajak teman-teman untuk menyediakan waktu beberapa menit untuk membuat daftar hal-hal yang telah dipelajari, serta hal-hal yang ingin diubah atau diperbaiki dalam diri kita. Setelah itu, daftar tersebut dapat diurutkan berdasarkan tingkat kesulitan dalam menerapkannya ke dalam kehidupan, dan dapat dicatat di atas kertas, komputer, atau gadget.


Saya memiliki beberapa tips yang mungkin dapat membantu teman-teman untuk tetap fokus dalam proses perubahan, dan tips ini dapat disesuaikan dengan berbagai pola pikir yang dimiliki oleh setiap orang, sehingga dapat bekerja untuk siapa saja.


TAHAPAN PERUBAHAN

Tahapan perubahan yang dikenal sebagai "Prochaska's Transtheoretical Model of Change" terdiri dari lima tahapan yang dijelaskan sebagai berikut:


1. Precontemplation – Tahap ketidaktahuan tentang masalah

Pada tahap ini, seseorang belum menyadari bahwa ada suatu masalah yang harus diubah. Individu tidak memiliki motivasi untuk mengubah perilaku atau kebiasaan yang tidak sehat, bahkan mungkin menganggap bahwa tidak ada masalah dalam perilaku atau kebiasaannya.


2. Contemplation – Tahap menyadari masalah

Tahap ini dicirikan oleh kesadaran individu bahwa ada masalah yang harus diatasi. Individu merenungkan dan memikirkan tentang keuntungan dan kerugian dalam mengubah perilaku atau kebiasaan yang tidak sehat. Meskipun demikian, individu pada tahap ini masih belum siap untuk mengambil tindakan.


3. Preparation – Tahap bersiap untuk berubah

Pada tahap ini, individu sudah memiliki keinginan untuk mengubah perilaku atau kebiasaannya yang tidak sehat. Individu sudah mulai mempersiapkan rencana dan strategi untuk mengubah perilaku atau kebiasaannya, serta mengukur kemampuan dirinya untuk melakukan perubahan.


4. Action – Tahap mengambil tindakan berdasarkan rencana dan tujuan

Tahap ini adalah ketika individu mulai mengambil tindakan berdasarkan rencana dan tujuan yang telah dibuat pada tahap sebelumnya. Individu mulai menerapkan perilaku atau kebiasaan yang baru dan menghindari perilaku atau kebiasaan yang tidak sehat. Pada tahap ini, dukungan dan bantuan dari orang lain sangat diperlukan.


5. Maintenance – Tahap mempertahankan perilaku baru

Pada tahap ini, individu sudah berhasil mengubah perilaku atau kebiasaannya yang tidak sehat dan mempertahankan perilaku baru yang lebih sehat. Tahap ini memerlukan upaya dan kesabaran yang besar, karena individu harus tetap konsisten dan disiplin dalam mempertahankan perilaku baru yang telah diadopsi.



Setiap individu mungkin melewati tahapan-tahapan ini dengan cara yang berbeda dan pada kecepatan yang berbeda pula. Penting untuk diingat bahwa perubahan yang baik memerlukan waktu dan usaha yang konsisten dan terus-menerus.


Tahapan perubahan yang paling penting yaitu jangan memaksakan diri, hingga kita merasa benar-benar siap. Dengan begitu, bila terjadi kemunduran di tengah jalan, kita tidak akan mudah menyerah, karena kita tahu apa sebenarnya yang ingin kita capai dari perubahan tersebut. Tujuan utamanya adalah mencapai perubahan yang lebih baik sehingga dapat membantu kita menjadi pribadi yang lebih baik dari hari ke hari.


Keberuntungan itu 10% peluang dan 90% bereaksi terhadap peluang. Kebanyakan dari kita berhenti saat mengetahui ada peluang, dan menunda bereaksi hingga akhirnya peluang tersebut diambil oleh orang lain. (Eka B. Panuntun)


Mulai aja dulu! Jangan sampai kita baru akan menyesali ini dan itu, setelah semuanya berlalu.


Selamat mencoba!


Baca juga :


#BelajarBerkaryaBerbagi 

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.